Cerpen Bertema Pendidikan
Siapapun Bisa Jadi Apapun
Tanpa ada kemauan, Banu tidak akan menjadi anak yang
sukses di umurnya yang masih terbilang muda. Ia bertekad sukses di tengah
kesibukannya dan kerumitan ekonomi keluarganya. Berkali-kali ia jatuh bangun,
demi impiannya. Ia juga ingin mengentaskan keluarganya dari kerumitan ekonomi
yang sedang terjadi. Seakan ia takmampu melakukan semua itu, tapi impian hanya
akan jadi angan-angan saja bila Banu hanya terdiam tanpa usaha disertai do’a
juga niat yang tertata. Sering juga ayah marah-marah ke Banu karena banyak hal.
Contohnya seperti kemalasan Banu yang terus-terusan. Itu semua membuat Banu
tertekan dan semakin tertekan. Namun ia tak ingin terlalu larut dalam emosinya.
Ia menyadari kalau ia memang salah dan akan ditunjukkanlah oleh Banu kepada
mereka kalau Banu pasti bisa. Semamgat pantang menyerah yang bisa menuntunnya
pada kesuksesan. Walaupun berkali-kali ia harus jatuh bangun demi cita-cita
yang diimpikannya sejak kecil. Namun tidak ada yang mengetahui kalau dia sedang
berusaha mensukseskan diri. Ia akan memberitahu orang tuanya jika ia sudah
benar-benar sukses. Sehingga orang tuanya juga akan benar-benar bangga
kepadanya. Secara garis besar. Sebenarnya Banu adalah anak yang pemalas. Hingga
ia mendapat celaan orang-orang sekitarnya yang membuatnya tertekan. Tetapi
tekanan itulah yang memotivasi Banu untuk berubah menjadi anak yang berguna
bagi nusa, bangsa dan negara. Ia yakin, tidak selamanya ia ditakdirkan menjadi
orang yang jelek di lingkungannya. Ada kalanya bisa menjadi lebih baik ketika
ia masih mau berusaha.
Di waktu sore, sepulang sekolah Banu segera ganti baju
karena capek seharian belajar di sekolah dikarenakan sistem full day school.
Karena kecapekan, ia meletakkan pakaian, tas dan sebagainya dengan tidak
teratur. Maka dia istirahat dan tak lama kemudian menanyakan kepada ibunya,
“Bu, ada makan nggak? Aku
lapar nih!” teriak Banu. “iya!!!
Ada! Di meja makan ambil sendiri!” jawab ibunya.
Saat itu juga Ayahnya
baru pulang kerja, juga menjawab dengan keras ketika melihat kamar Banu
berantakan.
“kamu itu makan aja yang
dipikirin! Lihat tuh kamarmu berantakan, kemarin sekolah juga telat! Mau jadi
apa kalau kayak begini terus-terusan?” bentak Ayah Banu.
“Sudah lah pak, Banu kan baru pulang sekolah. Maklum lah dia pasti capek. Pulangnya kan jadi sore-sore sekarang!” sahut Ibu Banu. “Ah... masak dia harus kayak gini-gini terus. Nggak ada perubahan?” jawab Ayah Banu.
“Sudah lah pak, Banu kan baru pulang sekolah. Maklum lah dia pasti capek. Pulangnya kan jadi sore-sore sekarang!” sahut Ibu Banu. “Ah... masak dia harus kayak gini-gini terus. Nggak ada perubahan?” jawab Ayah Banu.
Sontak Banu kaget
mendengarnya dan seketika ia terdiam tak berani menjawab satu katapun. Ia
merasa kesal juga. Baru pulang, capek, dimarahin pula. Segera ia bereskan
kamarnya dan kemudian ia siap-siap untuk ngaji di masjid sebelah rumahnya.
Dalam hatinya ia masih merasa kesal selalu saja dimarahin kalau Ayahnya pulang
kerja. Sembari keluar rumah mau berangkat ngaji, ia menutup pintu dengan agak
keras. Sebagai uangkapan rasa kekesalannya. Tapi itu terjadi cuma sebentar
saja. Lama kelamaan emosinya juga pasti reda. Tetapi di waktu mengaji ia juga
mengalami kesalahan. Kemarin ia tidak mengaji tanpa izin alias “membolos”.
Akhirnya dia dihukum tadarus al qur’an setengah jam sehabis sholat isya’. Ah...
mungkin memang nasib Banu hari ini yang kurang beruntung.
Setelah
itu, ia merenungi apa yang telah terjadi padanya ketika akan tidur. Ia merasa
bersalah. Ia merasa kalau dia tidak bisa tunjukkan apa-apa yang dapat
membanggakan kedua orang tuanya. Prestasinya juga biasa-biasa saja. Banu masih
duduk di bangku SMP kelas delapan. Ia punya keinginan kala itu. Ia ingin
tunjukkan kalau dia mampu membuat yang istimewa di keluarganya. Ia ingin
tunjukkan kalau dia bisa. Kemudian dia punya angan-angan, aku harus bisa. Aku
akan tunjukkan kalau akau adalah anak yang berprestasi,sukses membanggakan
orang tua dan para gurunya. Sebenarnya dia punya keinginan untuk menjadi
seorang dhalang ketika ia dewasa. Namun dia juga perlu kursus pada ahlinya dan
itu butuh biaya. Bagaimana mungkin ia akan mendapatkan semua itu diantara sukarnya
ekonomi keluarganya. Setelah itu ia hanya berfikir, yang penting aku bisa jadi
anak yang benar dulu. Sekolah yang rajin, pintar, taat orang tua dan guru-gurunya.
Kemudian ia jalani hari seperti biasa. Kesokan harinya pun niat baik itu mulai
luntur ketika ia mulai bermalasan ketika bangun tidur. Ia kaget ketika melihat
jam dinding. “hah... sudah jam enam lebih sepuluh! Hari ini kan literasi masuk
jam setengah tujuh!!!Aku telat lagi!” Ucap Banu sambil terburu-buru ketika
sarapan.
“Bu.. Aku berangkat dulu!!”
Ucap Banu sambil tergesa-gesa
“Sebentar!!! Ini bekalnya dibawa!!” Teriak Ibu “Tidak usah Bu! Aku telat!!” Jawab Banu.
“Sebentar!!! Ini bekalnya dibawa!!” Teriak Ibu “Tidak usah Bu! Aku telat!!” Jawab Banu.
Benar juga, sampai sekolah gerbang sudah ditutup. Hari
ini yang ketiga kalinya ia terlambat di Semester baru ini. Ia hanya pasrah
menahan malu ketika terlambat lagi. Namanya sudah tercatat di buku BK di
sekolahnya. Ia tidak mngerti lagi apa yang bisa merubahnya menjadi anak yang
lebih baik lagi. Selanjutnya pelajaran ia ikuti seperti biasa. Ketika jam
istirahat, Banu mendapat panggilan ke Ruang BK. Betapa terkejutnya Banu ketika
mendapat panggilan itu. Serasa menjadi tersangka berseragam sekolah. Ia
memenuhi panggilan itu dan ternyata namanya harus tercatat lagi di buku catatan
BK. Limabelas poin ia dapatkan karena telah terlambat tiga kali berturut-turut.
Ketika berhadapan dengan Guru BP, Banu merasa bersalah dan menyesal. Ia sudah
kapok terlambat sekolah. Karena kalo dia telat beberapa kali lagi, maka ia akan
mendapat surat panggilan orang tua. Ia tak ingin hal buruk padanya diketahui
orang tuanya. Setelah panggilan BK, ia benar-benar menyesal akan apa yang
terjadi. Sekarang ia mulai mengubah dirinya yang buruk mrnjadi lebih baik.
Mulai hari ini, Banu sudah tidak pernah terlambat lagi. Ia mulai giat belajar.
Dia mulai memaksakan dirinya agar suka belajar. Kali ini, ia sudah tidak main-main
lagi. Ia benar-benar berusaha mulai hari ini. Ia mulai sigap dan tanggap dengan
pelajaran sekolah. Karena kemauannya yang besar, bukan tidak mungkin lagi Banu
bisa berubah menjadi lebih baik. Terkadang ketika kemalasannya melanda. Ia
punya cara sendiri untuk melawannya. Baginya, sesuatu hal baik yang biasa
dilakukan jangan pernah sekali-kali ditinggalkan. Karena jika sekali saja
ditinggalkan, maka selanjutnya kita pasti punya kemauan untuk meninggalkannya
lagi. Banu selalu belajar sekarang, setelah ia pulang mengaji pada pukul
delapan malam. Ia selalu menyiapkan keperluan sekolah setiap malam dengan
rajin.
Sekarang
Banu anak yang rajin. Dia juga mulai menunjukkan prestasinya di bidang
akademik, yaitu dengan meraih peringkat ke-5 ketika pembagian raport semester
satu. Padahal sebelumnya ia hanya mendapatkan peringkat ke sembilan, sepuluh
atau bahkan tigabelas dari tiga puluh tiga siswa satu kelasnya. Ia tidak mudah
puas dengan hasil yang diraihnya. Ia terus mengembangkan potensi yang ada pada
dirinya. Ia terus belajar dan belajar. Sekarang Banu tidak bisa dipandang remeh
di sekolahnya. Ia terkenal sebagai anak yang cerdas. Mulai terlihat ketika ia
selalu mendapat nilai tertinggi di kelasnya. Ini belum berakhir. Perjuangan,
rintangan akan semakin besar jika ia semakin cerdas juga. Bahkan guru BP Banu
juga kagum ketika bertemu Banu. Mereka salut melihat Banu bisa berubah menjadi
anak yang lebih baik dari yang sebelumnya.
Suatu
hari, ia terdiam di suatu kursi taman sekolah. Tak lama kemudian, temannya yang
bernama Fajar mendekatinya.
Fajar: “Hey kamu kenapa
Nu?”
Banu: “Enggak aku Cuma lagi bingung aja!” (keduanya diam sejenak)
Fajar: ”Kenapa lagi kamu itu. Cerita aja deh”
Banu: “Sebenernya aku lagi bingung. Aku pengen banget kalo sudah besar nanti aku bakal
Banu: “Enggak aku Cuma lagi bingung aja!” (keduanya diam sejenak)
Fajar: ”Kenapa lagi kamu itu. Cerita aja deh”
Banu: “Sebenernya aku lagi bingung. Aku pengen banget kalo sudah besar nanti aku bakal
jadi dhalang. Ngelestariin budaya
Indonesia gitu. Tapi ya kamu tau lah. Aku tidak
bisa belajar otodidak, butuh guru.
Jadi aku harus kursus. Biayanya pasti mahal. Uang
saku aja kadang nggak dikasih.”
Fajar: “Ohh gitu ya...widih.... bagus juga cita-cita lo. Emmmm gini aja.... gimana kalo kita jadi youtuber aja?”
Banu:“Maksudnya?” Fajar: “Iya... jadi youtuber. Nanti kita buat video-video kita. Terus di upload di youtube.
Banu:“Maksudnya?” Fajar: “Iya... jadi youtuber. Nanti kita buat video-video kita. Terus di upload di youtube.
Nanti kita akan dapat bayaran.
Lumayan kan?” Banu: “Hemmmm... boleh juga. Kapan kita mulai?”
Fajar: “Besok kan libur. Besok pagi aku kerumahmu deh. Kita ke Telkom bareng. Kita kerjain
Fajar: “Besok kan libur. Besok pagi aku kerumahmu deh. Kita ke Telkom bareng. Kita kerjain
di sana. Gimana?” Banu: “Boleh. Besok ya? Jangan lupa!” (dengan
penuh semangat Banu menyetujuinya) Fajar: “Okey. Aku duluan ya!!” (sambil menepuk pundak Banu karena akan beranjak pergi)
Setelah itu bel masuk berbunyi. Mereka segera masuk ke
kelasnya masing-masing. Fajar adalah temannya sejak kelas satu SD. Ia sampai
sekarang masih berteman dengan baik. Setelah masuk kelas, Banu kembali fokus ke
pelajaran. Lebih dari biasanya Banu sering mendapat nilai yang bagus di
kelasnya. Walaupun terkadang ia juga mendapat nilai yang biasa saja.
Pada kesokan harinya adalah hari libur. Sesuai perjanjiannya
dengan Fajar, mereka akan ke Telkom hari ini untuk membuat channel youtube.
Ketika sampai di sana, mereka sibuk untuk membuat channel itu. Merencanakan
temanya, membuat profil yang menarik dan lain-lainnya. Mereka begitu semangat
mengerjakannya. Tiga jam telah berlalu di Telkom, akhirnya semuanya sudah siap,
tinggal mengisi kontennya saja.
Fajar: “Oh iya, Minggu
depan kita mulai buat vlog yuk. Buat vlog sederhana aja dulu” Banu: “Yahhh... Minggu depan kan Ahad Pahing. Kan rutinan qotmil
qur’an. Gimana kalau
Sabtu
saja. Kan FDS sabtu libur!” Fajar:
“Iya juga ya... Ya sudah Sabtu pagi aja ya. Nih kan temanya jogging, kita
kemana aja
rutenya?” Banu:
“Gimana kalau ke Gunung Budheg, kan dekat tuh sama rumah, apalagi juga objek
wisata
alam yang cukup terkenal juga!” Fajar: “Bisa juga. Kalau gitu besok jam setengah enam pagi ya? Jangan molor
kamu!” Banu: “Okey siap.. Nggak
molor kok pokok tidur pules... Jangan lupa ya... Aku biar ke
rumahmu aja” Fajar:
“Oke... Siap-siap aja. Yang penting nggak ada kepentingan lain. Siap-siap
memory
banyak nih buat rekaman. Foto-foto
kenangan hapus aja...hahaha!!!” Banu:
“Hahaha.. bisa aja kamu...ya udah ayo pulang. Udah lapar nih!” Fajar: “Huhhh... laper aja... yaudah nggak apa-apa ayo pulang, aku juga
lapar...hehehe” Banu:
“yeeee sama aja....yaudah beresin nih. Buruan pulang!”
Di rumah, mereka saling membuat naskah sendiri-sendiri
sebanyak-banyaknya untuk rekaman satu-satu. Itu semua dilakukan mereka dengan
penuh semangat. Dengan harapan, Banu bisa membantu ekonomi keluarganya tanpa
harus mengorbankan pendidikannya. Angan-angan itu sering ia fikirkan ketika
akan tidur. Di samping itu, Banu tetap rajin belajar. Banu tidak ingin
pendidikannya juga terganggu.
Hari Sabtu telah tiba.
Dengan semangat, Banu segera menuju rumah Fajar yang ada di RT sebelahnya. Ia
memakai sepatu yang cocok dan sesampainya di rumah Fajar, ternyata Fajar sudah
siap di depan rumah. Dengan perencanaan beberapa menit saja, rekaman sudah mereka
mulai. Mulai action lah mereka berdua di depan kamera. Dengan ekspresi yang
meyakinkan juga adegan-adegan lucu yang mereka buat akan mewarnai konten-konten
video yang mereka upload di youtube untuk mendapatkan bayaran. Sesuai rencana
mereka akan lari-lari pagi sampai ke Gunung Budheg yang berjarak sekitar tiga
kilo dari rumah mereka. Awalnya mereka kompak mengupdate konten di channel
mereka. Hingga tidak sedikit juga teman-teman di sekolah yang mengenal mereka
di youtube.
Setelah
berjalan sekitar satu bulan, Banu masih mengembangkan channel youtube dengan
Fajar. Akan tetapi, mereka sering disibukkan dengan urusan-urusan lain. Fajar
yang sibuk dengan ekstrakurikuler Paskibrakanya dan Banu yang sibuk dengan
ekstra Pramukanya. Itu semua membuat mereka banyak kehilangan banyak waktu
untuk mengerjakan channel youtubenya. Padahal subscribernya sudah sampai dua
ratus lebih. Tetapi mereka belum juga untuk mengaitkan akunnya pada google
adsense atau website agar mendapat bayaran. Akhirnya channel itu vacum dulu.
Karena mereka berdua punya kesibukan yang berbeda. Banu hilang semangat untuk
melanjutkan jadi youtuber. Ia sekarang bingung, apalagi yang harus aku lakukan
kalau sudah begini? Banu terus mencari tahu jawaban itu. Memang Banu anak yang
suka di bidang IT, jadi ia selalu mencari solusi untuk suskses sesuai bidang
teknologi informasi. Banu mulai mencari solusi dari semua ini. Ia mencoba
mencari hal baru agar ia bisa sukses pada suatu hal yang bisa menopang ekonomi
keluarganya. Suatu hari, teman-temannya Banu dan Fajar juga banyak yang
menanyakan
” Banu! Fajar! Kalian
nggak upload video lagi di youtube? Channel kalian kok sepi banget sekarang?
Mana channel BaFa TV yang kalian buat? Udah lumayan terkenal kok nggak update
lagi sih videonya?”.
Begitulah kebanyakan
ungkapan dan pertanyaan teman-teman mereka. Namun Banu dan Fajar hanya bisa
menjawab “ya... vakum dulu lah channelnya. Lagi sibuk sama tugas sekolah.
Apalagi kita ikut ekstra. Berbeda pula”. Seandainya mereka tidak sesibuk itu,
pasti channel youtube nya dapat berkembang dengan baik. Akhirnya Banu juga
hanya bisa pasrah. Ia hanya bisa jalani hari seperti biasa lagi. Pada saat akan
ujian kenaikan kelas atau yang biasa disebut UKK, Banu semakin giat belajar.
Terkadang ia juga belajar di luar rumah agar tidak bosan. Mengajak temannya,
dan lain sebagainya. Tetapi ia masih kepikiran, ia ingin membuat usaha agar
bisa menopang ekonomi keluarganya. Fikiran itu terus ada dalam otak Banu.
Hingga hasil raport dibagikan, ternyata peringkat Banu turun menjadi peringkat ke
dua belas. Banu semakin bingung dengan apa yang dilakukannya saat ini.
Peringkatnya menurun, channel youtubenya gagal. Banu dibuat pusing dengan
keadaan yang ada. Seolah impiannya hanya akan jadi bayangan semu yang seakan
tak mungkin menjadi nyata. Banu sedih ketika semua ini terjadi. Apalagi yang
harus ia perbuat untuk memperaiki kesalahannya. Saat ini hati Banu begitu
terasa seperti tertusuk seribu duri yang begitu meyakiti. Ia mencoba untuk
menghayati apa yang telah ia perbuat hanyalah sia-sia. Banu harus bia menjadi
dirinya sendiri. Tidak mudah terpengaruh perkataan orang lain. Biarlah orang
berkata apa tentangnya. Ia yakin, suatu saat orang-orang itu akan dibuatnya
kagum.
Berakit rakit ke
hulu Berenang
renang ke tepian Bersakit sakit dahulu Bersenang-senang ke tepian
Begitulah kata pepatah
yang sesuai dengan Banu. Mungkin sekarang Banu merasakan sakit dahulu dan suatu
saat ia pasti merasakan senang akan usaha yang telah ia lalui. Nampaknya Banu
mulai semangat kembali mengingat pantun itu. Ia tidak boleh menyerah begitu
saja. Tapi hari sudah malam. Ia segera tidur dan besok bisa bersemangat lagi
untuk lalui hari.
Pagi sudah terlihat lagi. Perlahan sang surya mulai
menampakkan dirinya. Membisikkan kepada embun pagi agar cepat meninggalkan daun
yang dibuatnya kedinginan. Banu sudah bangun jauh sebelum hangatnya pagi
menyapa. Ibadah subuh telah ia laksanakan. Tempat tidur telah dirapikan. Banu
rasa, hari ini adalah hari yang baik untuk istirahat sambil memikirkan usaha
apa yang bisa ia lakukan untuk menjemput kesuksesan. Hari ini adalah hari libur
sekolah. Cocok untuk Banu mencari usaha kecil-kecilan yang bisa ia lakukan di
rumah. Karena libur sekolah selama dua minggu. Cukup lama untuk mencari sebuah
usaha. Namun sampai malam pun ia tidak menemukan apa-apa. Ia memutuskan untuk
besok adalah hari di mana ia akan refreshing dan bersantai. Ia mengajak
teman-temannya untuk berwisata ke suatu pantai. Ia berwisata dengan teman-teman
sekelasnya. Lumayan untuk meringankan beban yang selama ini ia lalui. Ketika di
perjalanan, ia diceritakan temannya kalau ada gurunya yang punya kerja
sampingan menjadi blogger. Banu mulai tertarik dalam hal itu. Ia segera minta
nomor telfon gurunya itu. Tak tunggu lama lagi, setelah pulang, ia segera
menghubungi nomor tersebut. Ternyata itu adalah Pak Irvan, guru mata pelajaran
Teknologi Komputer dan informatika. Kesokan harinya ia mengunjungi rumahnya
untuk menanya-nanyakan seputar blogger. “Pak, kira-kira dapat bayaran berapa
sebulannya?” tanya Banu. “Tidak pasti, kalau sekarang ya lumayan, sekitar sembilan juta
perbulannya jika pengunjung blognya rame. Itu pun tergantung banyaknya iklan
yang di pasang pada sebuah website yang dibuat”. Jelas Pak Irvan. “Wahh... lumayan juga ya,Pak? Kalau saya bisa buat dan sukses, bisa beli
hape tiap bulan dong.hehehe” kata Banu sambil agak bercanda untuk mencairkan
suasana. “hahaha... ya begitulah ceritanya. Kamu harus bisa buat konten dengan
tema yang cocok. Agar isinya teratur dan bisa cepat diterima google adsense”.
Jawab Pak Irvan.
“Dan satu lagi... jangan copy paste artikel orang lain kalau ingin blogmu cepat diterima google adsense”. Tambah Pak Irvan.
“Dan satu lagi... jangan copy paste artikel orang lain kalau ingin blogmu cepat diterima google adsense”. Tambah Pak Irvan.
Setelah ia faham betul apa
yang harus ia lakukan, Banu mulai melakukannya. Kali ini, ia yakin, ini pasti
berhasil. Ia sangat yakin itu. Ia pamit pulang kepada Pak Irvan dan segera
mengerjakan sendiri blog yang ingin ia buat. Sesampainya dirumah, ia
benar-benar menata niat demi tercapainya cita-cita. Ia masuk kemar dan mulai
membuka laptop dan segera buat strategi, menentukan tema dan mengedit tampilan
website yang ia buat. Ia setuju akan membuat tema kepramukaan. Maka ia akan
mengisi kontennya dengan pengetahuan tentang kepramukaan yang ia dapat di
sekolah. Ia mulai cocok dengan usaha ini. Ia akan menekuni usaha ini. Karena ia
melakukan ini sendirian, jadi tidak ada yang bisa mempengaruhinya selama Banu
mau berusaha mencoba. Seminggu kemudian, pengunjung blognya sudah mencapai lima
ratus views. Banu semakin semangat dan mulai mendaftarkan akunnya ke google
adsense agar bisa mendapatkan uang. Karena elum punya KTP, ia mendaftarkan
menggunakan KTP ayahnya. Berhari-hari ia menunggu blognya disetujui google
adsense. Dan suatu ketika... ternyata blognya disetujui oleh google adsense dan
siap dipasangi iklan. Artinya Banu sudah mulai dibayar google ketika ada iklan
yang ingin memasangkan di blognya Banu. Bayaran pertamanya masih kecil. Sekitar
20 ribu rupiah saja. Namun ketika Banu makin mengembagkan blognya, uang masuk
ke rekening Banu sampai sembilan puluh ribu rupiah perbulannya. Lumayan, Banu
tidak perlu lagi minta-minta uang kepada orang tua jika ada kebutuhan mendadak.
Ketika mulai masuk sekolah, ia mengupdate konten blognya setiap hari libur
yaitu Sabtu dan Minggu. Semakin lama, ia mendapatkan bayaran yang semakin
banyak, sekarang saja ia sudah mendapat sekitar tiga ratus ribu rupiah
perbulannya jika di rata-rata. Bayaran segini sudah lebih dari cukup untuk anak
sekolah seusia Banu. Ini semua juga membuat Banu semakin semangat untuk
sekolah. Dengan bermodal pengalaman pramuka di sekolah, Banu dapat membuatnya
menjadi banyak artikel yang dapat menghasilkan uang. Pada saat pengumuman nilai
UNBK SMP, ia bersyukur mendapat nilai ujian tertinggi di sekolahnya. Banu
sangat bersyukur bisa berhasil seperti ini. Sesampainya di rumah, ia juga
mengecek rekeningnya. Ia tambah senang lagi karena rekeningnya sudah
mendapatkan uang hingga dua belas juta rupiah. Ternyata setelah ia mengecek
akun adsensenya, ia mendapat komisi lima juta karena viewsnya yang meningkat
signifikan. Dalam perbulan ia juga mendapatkan rata-rata satu juta lima ratus
ribu rupiah. Ia kaget, rasa senang campur haru menjadi satu. Betapa gembiranya
Banu telah sukses membuat bangga banyak orang. Ia telah menunjukkan kalau dia
bisa sukses. Setelah orang tuanya bangga melihat Banu mendapat nilai UNBK
tertinggi di SMP nya. Ia juga mendapat kabar, kalau nilai UNBKnya adalah nilai
tertinggi di kabupatennya. Ayahnya begitu senang punya anak seperti Banu.
“Selamat... Selamat
Banu!!!”. Itulah ucapan yang terucap dari bibir Ayahnya sambil menjabatkan
tangannya ke Banu.
Ucapan selamat dari ayah
Banu terucap tertuju padanya. Kemudian Banu juga memberitahu kalau ia sudah
punya usaha sendiri sekarang dan sudah bisa mengahsilkan uang sekitar satu juta
lima ratus rupiah perbulannya. Orang tuanya begitu bangga pada Banu.
“Ayah sudah tidak bisa
berkata apa-apa lagi, maaf selama ini Ayah telah salah menilaimu! Ayah begitu
bangga kepadamu!Hebat nak!” Kata Ayah Banu sambil merintih terharu saat memeluk
Banu.
“Iya Pah! Banu juga minta
maaf kalau dulu Banu jadi anak yang nakal, masih membantah orang tua... maafin
Banu Pah!” Jawab Banu dengan nada yang rendah dan sopan.
Uang yang Banu dapatkan
dipakai untuk melanjutkan sekolah. Sementara itu, Banu tetap mempertahankan
usahanya itu. Ia tetap menekuni usaha yang membawanya pada kesuksesannya.
Sungguh kita akan berhasil jika kita benar-benar mau berusaha keras walupun
sudah berkali-kali jatuh bangun. Usaha yang sungguhan tanpa malas-malasan akan
membawa kita pada kesuksesan yang juga sungguhan. Yang harus digarisbawahi
adalah “kegagalan adalah bagian dari kesuksesan”. Kita bisa belajar banyak hal
dari suatu kegagalan. Banu sekarang adalah anak yang dihargai di lingkungan
sekitarnya, disamping anaknya yang baik, ia juga anak yang sukses yang
berdampak baik di lingkungan sekitarnya. Ia juga telah membawa nama baik untuk
sekolahnya. Dengan modal uang yang telah diperolehnya itu, ia ingin
mengembangkannya suatu saat setelah ia lulus SMK. Ia punya cita-cita untuk
membuat perusahaan IT. Karena ia suka bidang IT, ia akan menekuninya di SMK
hingga masuk kuliah jurusan IT. Hingga akhirnya ia benar-benar layak untuk
mendirikan perusahaan IT dengan modal dan pengalaman yang dimilikinya. Tetapi
di samping itu ia juga suka bidang kesenian. Berharap ia bisa melestarikan
budaya wayang kulit dengan ia menjadi dhalang sebagai kerjaan sampingannya
nanti. Ia harus benar-benar memikirkan semua itu mulai sekarang agar semuanya
itu bisa terwujud dengan baik.
Comments